Sabtu, 18 Februari 2012

Sajak Kecil (1)
dengan mencintai
puisi-puisi ini
sukma dari sukmaku
terbukalah medan laga
sekaligus kubu
hidup takkan pernah aman
kapan dan di mana pun
selamanya terancam bahaya
dan kebenaran sunyi itu
penawar duka bersahaja
selalu risau mengembara
mustahil seperti misteri
bayang-bayang rahasia
bayang-bayang bersilangan
bayang lintas bayang
pelintasanku
http://www.homesofriversidecounty.com/e/images/animated%20flashing%20red%20star.gif
Sajak Kecil (2)
dengan mempercayai
kata kata kata
yang kutulis ini
jiwa dari jiwaku
jadilah raja diraja
sekaligus budak belian
sebuah kerajaan
purbani
lebih dari nafasku
bernama senantiasa
nasibmu
umbu landu paranggi
http://www.homesofriversidecounty.com/e/images/animated%20flashing%20red%20star.gif

Ibunda Tercinta
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
duka derita dan senyum yang abadi
tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi
dari ujung rambut sampai telapak kakinya
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
korban, terima kasih, restu dan ampunan
dengan tulus setia telah melahirkan
berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia
Perempuan itu senantiasa bernama:
cinta kasih sayang, tiga patah kata purba
di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya
 
Solitude

dalam tangan sunyi
jam dinding masih bermimpi
di luar siang menguap jadi malam
tiba-tiba musim mengkristal rindu dendam
dalam detik-detik, dalam genggaman usia
mengombak suaramu jauh menggema
menggigilkan jemari, hati pada kenangan
bayang-bayang mengusut jejakmu, mendera kekinian
seberkas cahaya dari menara waktu
menembus tapisan untung nalang nasibmu
di luar tiba-tiba angin, lalu gerimis berderai
dalam gaung kumandang bait demi bait puisi
http://www.homesofriversidecounty.com/e/images/animated%20flashing%20red%20star.gif

Melodia

cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan
karena sajak pun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan
baiknya mengenal suara sendiri dalam mengarungi suara-suara luar sana
sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke mana sajakarena kesetiaanlah maka jinak mata dan hati pengembara
dalam kamar kekasih, taruhan jerih memberi arti kehadirannya
membuka diri, bergumul dan merayu hari-hari tergesa berlalu
meniup seluruh usia, mengitari jarak dalam gempuran waktu
takkan jemu-jemu nafas bergelut resin dengan sunyi dan rindu menyanyi
dalam kerja berlumur suka-duka, hikmah rahasia melipur damai
begitu berarti kertas-kertas di bawah bantal, penanggalan penuh coretan
selalu sepenanggungan, mengadu padaku dalam deras bujukan
rasa-rasanya padalah dengan dunia sendiri manis, bahagia sederhana
di rumah kecil papa, tapi bergelora hidup kehidupan dan berjiwa
kadang seperti terpencil, tapi gairah bersahaja harapan impian
yang teguh mengolah nasib dengan urat biru di dahi dan kedua tangan
http://www.homesofriversidecounty.com/e/images/animated%20flashing%20red%20star.gif
Percakapan Selat
Pantai berkabut di sini, makin berkisah dalam tatapan
sepi yang lalu dingin gumam berhantam di buritan
Juluran lidah nampak di bawah kerjap mata menggoda
dalam lagu siul, di mana-mana menghadang cakrawala
Laut bersuara di sini, makin berbentur dalam kenangan
rusuh yang ganjil sampai gelisah terhempas di haluan
Pusaran angin di atas geladak bersambung menderu
dalam terpencil, hingga di mana nafas dendam rindu
Menggaris batas jaga dan mimpikah cakrawala itu
mengarungi perjalanan rahasia penumpang itu
Langit terus memainkan cuaca, sampai tanjung, rusuk senja
bintang di mata si anak hilang, taruhannya terus mengembara
http://www.homesofriversidecounty.com/e/images/animated%20flashing%20red%20star.gif
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw-GsnVjATG7HRc9xl1k6LzbbuDNXKMtlannnGEYdN3VvZ7RItnd9jGzQj0f-DfTKNnzfEP18Q-YqUZEHWDMojYUiGxRKL5UgMQwm0u8oK-POLIhNf-bAePTjNDOpLgnTY1SPHCQCSv2U/s200/ummbu-1.jpg
Sabana
memburu fajar
yang mengusir bayang-bayangku
menghadang senja
yang memanggil petualang
sabana sunyi
di sini hidupku
sebuah gitar tua
seorang lelaki berkuda
sabana tandus
mainkan laguku
harum nafas bunda
seorang gembala berpacu
lapar dan dahaga
kemarau yang kurindu
dibakar matahari
hela jiwaku risau
karena kumau lebih cinta
hunjam aku ke bibir cakrawala
http://www.homesofriversidecounty.com/e/images/animated%20flashing%20red%20star.gif
Di Sebuah Mushollahdi puncak bukit
bedug kecil yang bertalu, memanggil-manggil belainya
di tengah kesunyian, Jumat siang yang cerah
mereka pun berduyunlah ke sana: warga petani dan gembala
dalam dandanan sederhana, bangkit dari kampung, lembah
bukit dan padang-padang sepi
hidup dan kehidupan mereka di tanah warisan itu, telah terpanggil
dan bedug mushollah lalang di lereng gunung itu menuntun setia
dalam galau kesibukan mereka sehari-hari tak pernah lupa
panggilan Jumat: di sini mereka, dalam mushollah lalang dan bambu
—berpadu memanjat doa dan terima kasih bagi kehidupan
—bagi kebutuhan hari ini, hari depan datanglah ketenteraman
—di antara sesama, pada malapetaka menimpa dunia ini
—pertikaian peperangan, damailah di surga di bumi ini: mazmur mereka
keyakinan yang telah terpatri, bersemi, tak terikat ruang dan waktu
juga dalam gereja lalang ini, terpencil jauh dan sunyi
jauh dari genteng, kegaduhan listrik serta deru oto
tak mengenal surat kabar, jam radio ataupun televisi
tapi keyakinan, pegangan mereka adalah harapan dan kerinduan yang samamentari dan bulan yang bersinar di mana pun—
dan tuhan mendengar seru doa mereka
http://www.homesofriversidecounty.com/e/images/animated%20flashing%20red%20star.gif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar