A.
Pendahuluan
Tindak kekerasan dalam dunia pendidikan tidak diinginkan oleh siapapunJuga.
tetapi permasalahan ini masih sering terjadi dalam dunia pendidikan yang
sepatutnya menyelesaikan masalah secara educatif bukan dengan kekerasan yang
mengatasnamakan pendidikan.
Kekerasan dalam pendidikan di Indonesia sering terjadi, misalnya, akhir
1997, di salah satu SDN Pati, seorang ibu guru kelas IV menghukum murid-murid
yang tidak mengerjakan PR dengan menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan
siswa. Di Surabaya, seorang guru olah raga menghukum lari seorang siswa yang
mengakibatkan siswa itu tewas. Dalam periode yang tidak berselang lama,
seorang guru SD Lubuk Gaung, Bengkalis, Riau, menghukum muridnya dengan lari
keliling lapangan dalam kondisi telanjang bulat. Bulan Maret 2002 yang lalu,
terjadi pula seorang pembina pramuka bertindak asusila terhadap sisiwinya saat
acara Camping.
Selain tersebut di atas, banyak lagi kasus kekerasan pendidikan
masih melembari wajah pendidikan kita.
Dampak dari tindakan kekerasan tersebut dapat menimbulkan kesakitan
fisik atau trauma psikologis jangka panjang yang berpengaruh terhadap
kepribadian anak. Tindak kekerasan dalam dunia pendidikan kadang dilakukan
tanpa menyadari hak dan kewajiban anak. Sudah nyata tertera dalam
undangundang
Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Bab 3, pasal 4 yang berbunyi Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpatisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi.
Penulis mengajak kepada para guru untuk mencari dan menggali metode
mangajar yang pantas tanpa kekerasan dan menyenangkan, cukuplah sebagian
4
Guru-guru kita yang dahulu mengajari kita dengan keras, tapi jangan kita
warisi
tradisi itu, karena siswa sekarang tidak memerlukan tradisi itu dan
hakikatnya
kalau kita mengajari siswa kita sepereti guru yang mengajari kita dulu maka
hal
itu tidak pantas, karena siswa kita tidak hidup pada zaman guru kita,
mereka
mempunyai zaman mereka sendiri.
Oleh sebab itu penulis mengangkat tema metodologi mengajar tanpa
kekerasan dan menyenangkan ini agar guru dapat memilih dan memperkaya
tehnik pembelajaran sehingga tujuan dari proses belajar mengajar itu
tercapai
dengan menyesuaikan gaya belajar siswa saat ini.
B. Pengertian
1. Pemgertian Metodologi Mengajar.
Metodologi berasal dari bahasa latin meta dan hodos, meta
artiya jauh
(melampau) dan hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu
mengenai
cara-cara mencapai tujuan. Sedangkan pengertian mengajar menurut beberapa
ahli sebagai berikut:
Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu
rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat
menerima, menanggapi dan menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran
itu .
Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar
ialah a way
working with students A process of interaction. the
teacher does something
to student and the students do something in return.
Dari definisi itu tergambar
bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses
hubungan timbal balik
antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan
kegiatan.
Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah .
suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan
menghubungkannya dengan anak dan sehingga terjadi
proses belajar .
5
Tardif (1989) mendefinisikan dan mengajar adalah. any
action
performed by an individual (the teacher) with the
intention of facilitating
learning in another individual (the learner) dan yang
berarti mengajar adalah
perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini
peserta didik)melakukan
kegiatan belajar.
Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah
menanamkan
pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik,
sebagian para ahli
lainnya mengatakan bahwa mengajar diartikan menata
berbagai kondisi belajar
secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi
eksternal anak didik.
Termasuk dalam kondisi eksternal ini adalah komunikasi
verbal guru dengan
anak didik.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
metodologi
mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
melakukan aktivitas
yang tersistem dalam lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik,
yang melakukan proses interaksi timbal balik sehingga
tujuan pengajaran
tercapai.
2. Pengertian Kekerasan
Menurut New Oxford Dictionary (1998), kekerasan atau
violence
adalah tingkah laku yang melibatkan kekuatan fisik
untuk melukai, menyakiti,
merusak dan membunuh seseorang.
Pada awalnya terminologi tindak kekerasan atau child
abuse dan
neglect berasal dari dunia kedokteran. Sekitar tahun 1946,
Caffey (seorang
radiologist) melaporkan kasus berupa gejala-gejala
klinik seperti patah tulang
panjang yang majemuk (multiple fractures) pada
anak-anak atau bayi disertai
pendarahan tanpa diketahui sebabnya (unrecognized
trauma). Dalam dunia
kedokteran, kasus ini dikenal dengan istilah Caffey
Syndrome (Ranuh, 1999).
Kasus yang ditemukan Caffey diatas semakin menarik
perhatian
public ketika Henry Kempe tahun 1962 menulis masalah
ini di Journal of the
6
American Medical Assosiation, dan melaporkan bahwa dari 71 Rumah
Sakit
yang ia teliti, ternyata terjadi 302 kasus tindak
kekerasan terhadap anak-anak,
dimana 33 anak dilaporkan meninggal akibat
penganiayaan yang dialaminyan
dan 85 mengalami kerusakan otak yang permanen. Henry
Kempe menyebut
kasus penelentaran dan penganiayaan yang dialami
anak-anak dengan istilah
Battered Child Syndrome yaitu: Setiap keadaan yang disebabkan
kurangnya
perawatan dan perlindungan terhadap anak oleh orangtua
atau pengasuh lain.
Selain Battered Child Syndrome, istilah lain
untuk menggambarkan
kasusu penganiayaan yang dialami anak-anak adalah Maltreatment
Synrome,
yang meliputi gangguan fisik seperti diatas, juga
gangguan emosi anak dan
adanya akibat asuhan yang tidak memadai, eksploitasi
sexsual dan ekonomi,
pemberian makanan yang tidak layak bagi anak atau
makanan kurang gizi,
pengabaian pendidikan dan kesehatan dan kekerasan yang
berkaitan dengan
medis (Gelles, 1985).
C. Model Pembelajaran yang Menyennangkan.
1. Active learning, dicetuskan
oleh Melvin L.Silberman, asumsi dasar yang
dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa
belajar bukan merupakan
konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada
siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
sekaligus. Pada saat kegiatan
belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar
pekerjaan belajar. Mereka
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai
masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dalam active learning, cara belajar dengan
mendengarkan saja akan cepat
lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat
sedikit, dengan cara
mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa
lain akan paham,
dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan
akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai
pelajaran yang
7
terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif
merupakan langkah cepat,
menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan
101 strategi
pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk
semua materi
pembelajaran.
2. Quantum learning, merupakan
cara pengubah bermacam-macam interaksi,
hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar
momen belajar. Dalam
prakteknya, quantum learning menggabungkan
sugestologi, teknik
pemercepatan belajar dan neorolinguistik dengan
teori, keyakinan, dan metode
tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa
jika siswa mampu
menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan
mampu membuat
loncatan prestasi yang bisa terduga sebelumnya. Dengan
metode belajar yang
tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara
berlipat ganda. Salah satu konsep
dasar dari metode ini adalah belajar itu harus
mengasyikkan dan berlangsung
dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk
informasi baru akan lebih
besar dan terekam dengan baik.
Sedang quantum teaching berusaha mengubah
suasana belajar yang menoton
dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah
dan gembira dengan
memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa
menjadi suatu kesatuan
kekuatan yang integral. Quantum teaching berisi
prinsip-prinsip sistem
perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan
progresif berikut metode
penyajiannya untuk prakteknya, model pembelajaran ini
bersandar pada asas
utama bawalah dunia mereka kedunia kita, dan
antarkanlah dunia kita ke
dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full
content
yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa
(pikiran, perasaan, dan bahasa
tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan
sebelumnya, serta
persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola
sebaik-baiknya,
diselaraskan hinnga mencapai harmoni (diorkestrasi).
8
3. Accelerated learning merupakan pembelajaran yang
dipercepat. Konsep dasar
dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu
berlangsung secara cepat,
menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave
Meier menyarankan
kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan
pendekatan Somatic,
Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan
sebagai
learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan
berbuat). Auditory
adalah learning by talking and hearing (belajar
dengan berbicara dan
mendengarkan). Visual diartikan learning by
observing and picturing (belajar
dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual maksudnya
adalah
learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah
dan melakukan refleksi).
Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat
memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan,
dengan upaya yang normal
dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyetukan
unsur-unsur yang sekilas
tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak
mempunyai persamaan,
misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir
positif, kebugaran fisik dan
kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja
sama untuk
menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
D. Metode Mengajar Yang Menyenangkan.
Muara dari inovasi pendidikan adalah bagaimana guru
mengajar dan
bagaimana murid belajar. Perubahan maksimal dari
komponen lain yang tidak di
ikuti inovasi maksimal dari Proses Belajar Mengajar
diperkirakan akan kurang
dapat meningkatkan mutu pendidikan secara berarti.
Guru-guru kadang cenderung
hanya menggunakan satu metode mengajar saja yaitu
ceramah. Ceramah ini
dilaksanakan secara klasikal sehingga kurang
memperhatikan keberagaman
keadaan siswa. Penulis akan memaparkan beberapa metode
belajar yang dapat
digunakan.
9
1. Metode Ceramah Plus
Kalau kita menggunakan metode ceramah saya maka akan
membuat siswa
pasif dan mengandung unsur paksaan kepada siswa.
Metode ceramah plus
adalah metode yang menggunakan lebih dari satu metode
yakni metode
ceramah gabung dengan metode lainnya. Ada tiga macam
metode cermah plus:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi
c. Metode ceramah plus demonstrasi
Kombinasi metode ini akan membuat sistem pengajaran
yang variatif.
2. Metode Diskusi (Problem Solving)
Metode diskusi ini merupakan metode pengajian bahan
pelajaran dimana guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan
perbincangan yang
ilmiah guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau
menyusun alternatif
pemecahan atas suatu masalah. Kelebihan dari metode
diskusi ini adalah:
a. Mendorong siswa berpikir kritis
b. Mendorong siswa mengepresikan pendapatnya secara
bebas
c. Mendorong siswa mengembangkan pikirannya
d. Mendorong kreativitas siswa dalam pemecahan masalah
Metode ini membuat siswa merasa senang apabila
disajikan dengan tema yang
menarik, dan anak di kelompokkan menurut pilihan
mereka sendiri dan
penilaian dilakukan oleh kelompok satu pada yang
lainnya agar lebih
demokratis, disini guru hanya sebagai fasilitator.
3. Metode Demontrasi
Melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu
proses, peristiwa atau
cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Dalam
penggunaan metode ini guru
bisa menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain
yang ahli dalam bidang
pelajaran itu. Metode ini menggugah rasa ingin tahu
siswa dan ransangan
10
visual siswa. Metode demonstrasi merupakan metode
mengajar yang sangat
efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan
seperti ini: (contoh : Pembuatan Biodiesel)
a. Bagaimana cara membuatnya ?
b. Terdiri dari bahan apa ?
c. Bagaimana proses mengerjakannya ?
Metode ini lebih menarik lagi bila dilakukan di luar
kelas misalnya di tempat
pembuatannya secara langsung.
4. Metode Inquiri
Inquiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang
secara harfiah berarti
penyelidikan Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa
inquiri adalah
the process of investigating a problem. Adapun Plaget mengemukakan bahwa
metode inquri merupakan metode yang mempersiapkan
peserta didik pada
situasi untuk melakukan experiment sendiri secara luas
agar melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu mengajukan
pertanyaan, serta mencari
jawabannya sendiri, juga membandingkan dengan temuan
peserta didik yang
lain. Metode inquiri merupakan metode penyelidik yang
melibatkan proses
mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena
alam
b. Merumuskan masalah yang ditemukan
c. Merumuskan Hipotesis
d. Mengumpulkan data dan menganalisis
e. Menarik kesimpulan yang objektif, jujur dan
tanggung jawab
5. Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya
pura-pura saja. Tujuan dari
simulasi ini adalah untuk melatih keterampilan
tertentu, baik yang bersifat
professional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
11
Bentuk dari simulasi ini adalah role playing, drama,
dan permainan. Langkahlangkah
simulasi sebagai berikut:
a. Penentuan topik dan tujuan simulasi
b. Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi
yang akan
disimulasikan
c. Pemilih peran
d. Pelaksanaan simulasi
e. Evaluasi
f. Latihan ulang
6. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan
ajar dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk
mencapai tujuan.
Pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru maupun
peserta didik, demikian
juga jawabannya. Kelebihan dari metode ini adalah:
a. Guru dapat memahami bahan pelajaran yang belum
dipahami oleh siswa
b. Melatih siswa agar berani mengungkapkan pendapat
c. Siswa dapat bertanya langsung tentang bahan ajar
yang sulit
d. Kelas akan hidup karena murid aktif berpikir
7. Metode Karya Wisata
Dengan karya wisata, anak didik dibawah bimbingan guru
mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar.
Kelebihan dari metode ini adalah:
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern
yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran
b. Membuat bahan yang dipelajari di-sekolah menjadi
relevan
c. Pengajaran yang dapat lebih merangsang kreativitas
anak
12
8. Metode Resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana
siswa diharuskan
membuat Resume dengan kalimatnya sendiri.
Kelebihan metode ini adalah:
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil
belajar sendiri akan dapat
diingat lebih lama
b. Metode ini lebih membuat siswa tertantang
c. Siswa lebih berani mengambil inisiatif dan mandiri
9. Metode Mengajar Sesama Teman
Metode ini dibuat juga Peer teaching method,
metode mengajar sesama teman
adalah netode mengajar yang dibantu oleh temannya
sendiri.
Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab
antar sesama siswa, tetapi
metode ini bukan perbuatan yang meniru jawaban
temannya (menyontek)
tetapi menjelaskan lagi pelajaran (cara-cara, konsep)
kepada teman siswa yang
belum mengerti.
10.Metode Perancangan
Metode yang mana pendidik harus merancang suatu
project yang akan diteliti
sebagai objek kajian.
Melalui metode ini anak didik dibina dengan
membiasakan, menerapkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan terpadu
yang diharapkan praktis
dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
E. Membangun Kedisiplinan Siswa Tanpa Kekerasan.
Pembinaan kedisiplinan siswa harus dipupuk sejak dini
agar menjadi warga
masyarakat yang taat hokum berdasarkan etika dan
moralitas, disamping peranan
keluarga yang utama, dunia pendidikan adalah
lingkungan kedua bagi anak untuk
belajar tentang kedisiplinan, oleh sebab itu sekolah
dituntut untuk mencetak siswa
yang disiplin dengan caa yang edukatif juga, bukan
dengan kekerasan.
Menurut Andarus Darahim, salah satu anggota Komisi
Perlindungan Anak
Indonesia; mengemukakan tujuh prinsip dalam membangun
kedisiplinan anak.
1. Hormati martabat/harga diri anak (respect the child
s dignity)
Pembinaan ini diharapkan diarahkan pada perawatan
fisik, pembinaan psikologis
siswa. Pendidik harus berperan sebagai pembimbing
untuk mewujudkan
keinginan anak bukan sebagai pemberi hukuman, dan
mendidik tidak
meremehkan siswa, galilah hal yang positif yang
dimiliki mereka.
2. Bangun jiwa pro-sosial, disiplin diri dan
kepribadian (develop pro sosial and
character)
Pembinaan diarahkan pada sikap dan percaya diri dan
disiplin diri, termasuk
kebebasan memilih. Pendidik harus meem bangun rasa
empati siswa dan rasa
menghargai sesama. Pendidik dituntut memberi
ketauladanan pada siswa.
3. Tingkatkan partisipasi aktif anak (child s active
participation)
Pendidik memberi kesempatan yang seluas-luasnya agar
siswa dapat aktif dalam
proses belajar. Pembinaan diarahkan pada sikap
toleransi dalam membangun
kerjasama dengan teman dan orang lain. Dengan
memfokuskan pada pengatasan
masalah dan menumbuhkan kemampuan diri sebagai bagian
dari komunitas.
4. Hormati kebutuhan tumbuh kembang dan kualitas hidup
anak (respect the
child s development need and quality of life).
Pendidik harus menghormati kebutuhan siswa dalam masa
perkembangan, untuk
itu pendidik dituntut untuk memberikan gaya mengajar
sesuai dengan kebutuhan
siswa. Pembinaan diarahkan pada jiwa optimistik dan
mendorong percaya diri
bahwa setiap orang bisa memecahkan masalah asal mau
belajar dari
pengalaman.
5. Hargai motivasi dan pandangan anak (respect the
child s motivation and life
views)
Penghargaan terhadap keinginan siswa merupakan penderitaan
yang sangat
berguna meskipun tidak semua keinginan harus dipenuhi.
Pembinaan diarahkan
14
pada sikap yang mengerti perbedaan dan kekhususan
orang lain, pandangan,
gaya, dan sebagainya.
6. Jamin rasa keadilan (assure fairness)
Pembinaan diarahkan pada sikap menghormati kesetaraan
dan tidak
diskriminatif.
7. Kembangkan semangat solidaritas (promote
solidarity)
Pembinaan diarahkan pada sikap membangun kerjasama
tanpa mau menang
sendiri atau mementingkan diri sendiri.
F. Dampak Kekerasan Pendidikan Pada Anak.
Kekerasan yang dilakukan pada peserta didik dapat
membawa dampak
negatif sebagai berikut:
a. Secara fisik kekerasan ini mengakibatkan adanya
kerusakan tubuh, seperti: lukaluka
memar luka simentris di wajah dan lain sebagainya.
b. Secara psikis, anak yang mengalami penganiayaan
sering menunjukkan :
ketakutan atau bertingkah laku agresif, emosi yang
labil, depresi, jati diri yang
rendah, kecemasan, adanya gangguan tidur phobia dan
lain sebagainya.
Dari hasil penelitian dikatakan bahwa penganiayaan pada
masa anak
menyebabkan anak berpotensi memiliki gangguan
kepribadian ambang sehinnga
kelak anak juga berpotensi menderita depresi pada masa
dewasanya. Disamping itu
timbulnya gejala disasosiasi termasuk amnesia terhadap
ingatan-ingatan yang
berkaitan dengan pengeniayaannya (Suyanto &
Hariadi, 2002). Selain itu
kekerasan yang terjadi pada anak dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak, sehinnga kreativitas dan
produktivitas anak menjadi
terpasung, yang pada akhirnya mengakibatkan self
development yang optimal pada
diri anak tidak tercapai. Lebih jauh, jika kekerasan
tersebut terjadi di sekolah maka
peserta didik akan menaruh kebencian terhadap sekolah
dan jika kekerasan tersebut
terjadi dalam keluarga maka anak akan tidak betah
dirumah.
15
G. Menciptakan Pembelajaran Yang Menyenangkan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang
pendidik untuk
menghidupkan suasana belajar siswa di kelas maupun di
luar kelas, hal-hal yang
harus diperhatikan adalah:
1. Ruang Kelas (tempat belajar)
Suasana ruang belajar ditata semenarik mungkin agar
mampu menciptakan
keadaan yang gembira dari awal pelajaran dimulai
hingga proses belajar
berakhir.
2. Membuka Pelajaran
a) Memberi salam dengan semangat, pendidik ditunjuk
untuk menunjuk kan
wajah yang bersemangat, senyum, agar siswa senang
melihatnya
b) Membangkitkan motivasi belajar, dalam membuka
pelajaran hendaknya guru
memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan
pelajaran yang akan
disajikan.
c) Warming up, jika kondisi siswa tampak loyo, maka
guru memulai pelajaran
dengan melakukan aktivitas fisik selama beberapa menit
dengan melemaskan
otot-otot.
3. Pendekatan Pembelajaran
Cara mendidik yang demokratis perlu diperhatikan oleh
pendidik, karena
pendekatan ini adalah cara mendidik yang ideal, tidak terlalu
ketat, namun ada
pengawasan.
Siswa diberi hak untuk menyalurkan pendapat, usul,
saran, inisiatif,
keputusan pada pendidik . pendekatan ini mendorong
anak-anak agar mandiri
tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian
atas tindakan-tindakan
mereka.
16
4. Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi adalah keterampilan yang harus
dikuasai guru dalam
pembelajaran untuk mengatasi kebebasan peserta didik.
Variasi dalam
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian
a) Variasi dalam gaya mengajar
Variasi yang terdiri dari suara, eye contact, gesture
dan mengubah posisi
b) Variasi dalam penggunaan media
c) Variasi dalam pola interaksi
Variasi ini terdiri dari pengelompokkan peserta didik,
tempat kegiatan
pembelajaran: dalam dan luar kelas
d) Variasi dalam kegiatan
Variasi dalam penggunaan-penggunaan metode, dan
pemberian contoh atau
ilustrasi.
5. Menjaga Sikap Dalam Mengajar
Guru yang kurang ramah, terlalu banyak mengatur
begini-begitu dan
menciptakan suasana belajar yang sangat kompetitif
hanya akan membuat anak
tidak betah di sekolah. Misalnya, membandingkan anak
yang satu dengan
temannya yang dianggap lebih pandai, atau melabel anak
secara negatif seperti,
Kamu, kok, begini aja enggak bisa sih! , Jangan lamban
gitu dong! , Masak
sih enggak malu kalah sama temannya? .
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pendidik adalah:
-Yang harus dilakukan oleh pendidik;
a) Smile (Senyum)
Hindari bahwa guru tersebut arrogant atau sombong.
Penampilan anda
mengajar adalah energi bagi siswa anda.
b) Voice Volume (Volume Suara)
Pastikan semua siswa anda mendengar suara anda,
tetaplah stabil namun
luwes tidak kaku.
17
c) Gesture (Bahasa Tubuh)
Bersikaplah wajar dan relax, bahasa tubuh yang kaku
akan membosankan.
d) Eye Contact (Kontak Mata)
Kontak mata dengan setiap siswa secara terus menerus
akan menimbulkan
komunikasi yang baik dari hati ke hati dengan siswa
anda.
-Yang tidak dilakukan oleh pendidik;
a) Pace Too Frequently (Mondar-Mandir)
b) Directly Point Out (Menunjuk Langsung Pada Siswa)
Menunjuk langsung ini mengesankan bahwa anda sombong,
namun gunakan
telapak tangan terbuka atau melemparkan masalah secara
demokratis
c) Underestimate (Menganggap Remeh Siswa)
d) Sit Too Long (Duduk Terlalu Lama)
6. Menutup Pelajaran
Guru sebaiknya menutup pelajaran dengan menarik
kesimpulan agar siswa
menangkap point-point dari pelajaran yang diberikan
atau guru melakukan
evaluasi dengan pertanyaan-pertanyaan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Siswa,
Makalah 2004
Andarus Darahim, Menghindari Kekerasan Terhadap
Anak dalam Keluarga dan
Sekolah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2005
Abd. Rahman Assegaf, Kondisi dan Pemicu Kekerasan
dalam Pendidikan,Makalah
2002
Boobi De Portel , Mike Hernacki, Quantum Learning;
Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan, Jakarta: Penerbit Kaifa, 2007
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung:
Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
2007
Ibnu Anshori, Corporal Punisment dalam Dunia
Pendidikan, Komisi Perlindungan
anak Indonesia, 2006
Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Penerbit Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islamdan Universitas
Terbuka, 2000
Rachmat Efendi, Menjadi Guru yang Efektif dalam Dua
Hari, Jakarta: Penerbit
Yayasan Bina Edukasi dan Konsultasi Hapsa Et Studia,
2005
Soegeng Santoso, Metodologi Mengajar Tanpa
Kekerasan, Makalah 2006
________________, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan
Anak, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar