Minggu, 26 Februari 2012

Motivasi Belajar – Buat Siswa Tertantang


Pernahkah guru Anda waktu di sekolah dulu membuat Anda merasa tertantang? Bila Anda guru, maka seharusnya Anda melakukannya pada siswa Anda.

Perasaan tertantang akan memunculkan semangat baru untuk berupaya belajar lebih keras. Bila guru pandai melibat emosi siswa, dengan membuat mereka merasa tertantang untuk mengikuti pembelajaran secara lebih intens. Berbagai langkah dapat dilakukan guru sehingga muncul ”rasa gatal”, ”rasa tergelitik”, dan ”rasa penasaran” sehingga mereka mau untuk berusaha berpikir kembali secara lebih mendalam, mau mengutak-atik materi ajar dan tugas belajar dengan cara-cara yang baru. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru misalnya menyodorkan isu-isu yang bersifat kontroversial, membuat argumen-argumen yang berlawanan dengan teori yang diakui, memunculkan sesuatu yang berkesan tidak logis padahal sebenarnya logis, memberikan pertanyaan-pertanyaan pengarah, dan pertanyaan-pertanyaan penguji. Dengan cara-cara demikian, biasanya siswa akan lebih mudah tertantang untuk menyanggah argumen guru, atau mempertahankan teori yang mereka anggap lebih benar dan logis. Cara-cara seperti ini mungkin dapat membuat siswa menjadi ragu untuk beberapa saat. Lalu mereka akan berusaha mengkaji ulang. Proses kaji ulang ini sangat baik dan penting dalam pembelajaran yang konstruktif untuk memicu proses berpikir siswa. Sebuah konsep, prinsip, teori, atau hukum akhirnya akan dielaborasi secara mendalam oleh siswa. Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, akan ada tahap ketidakseimbangan (disekuilibrum) untuk selanjutnya menuju tahap keseimbangan (ekuilibrum). Umpan berupa isu yang bersifat kontroversi, argumen-argumen yang sekilas tampak logis tapi bertentangan dengan teori akan melatih keterampilan dan kemampuan berpikir kritis siswa. Paling penting, proses belajar seperti ini berlangsung secara alamiah tanpa paksaan. Siswa merasa tertantang dan muncul dari dalam diri mereka sendiri keinginan untuk belajar secara lebih baik.

Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan tugas dengan sedikit divariasi dari versi sebelumnya yang telah siswa kuasai. Dengan kata lain tugas diberikan pada level sedikit lebih tinggi tingkat kesulitan atau kerumitannya daripada tugas sebelumnya. Tugas dapat berupa aktivitas fisik maupun aktivitas mental, ataupun variasi keduanya. Bisa juga dengan mengaitkan tugas tersebut dengan tugas atau keterampilan lama yang telah mereka kuasai. Kemudian beri kesempatan kepada siswa untuk “mempertontonkan” hasil upaya belajarnya. Kata-kata penyemangat, dan atau pemberian nilai tambahan pada siswa yang berhasil menyelesaikan suatu tugas atau soal latihan tertentu dengan cepat dan tepat juga dapat memicu munculnya motivasi belajar dan rasa tertantang dalam diri siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar