Sabtu, 24 Maret 2012

MENYONTEK SEBELUM UJIAN


Sobat Nida, ada sisi lain dalam dunia persekolahan di Indonesia, yakni dengan dikenalnya istilah nyontek (sontek, menyontek). Mungkin dan bisa jadi, istilah ini termasuk dalam kategori undercover. Nyontek sering kali dipahami dan merupakan sikap pecundang yang menginginkan hasil optimal tanpa harus bersusah payah.
Biasanya, nyontek dilakukan oleh para siswa atau mahasiswa yang sedang mengerjakan soal ujian, dan yang bersangkutan tidak mempersiapkan penguasaan bahan/ materi pelajaran yang memadai dengan berbagai alasan. Mereka menyontek pekerjaan temannya yang dianggap lebih pintar atau mengerjakan soal dengan jawaban yang dilihatnya dari catatan yang sudah dipersiapkan. Catatan ini bisa berupa apa saja, buku-buku, atau catatan kecil lainnya.
Anak sekolah/mahasiswa yang menyontek biasanya menempati posisi yang “aman” dari pengawas ujian. Biasanya di barisan belakang, atau yang terhalang oleh pengawas. Makanya, ada juga istilah yang cukup beken “posisi menentukan prestasi”.

Penyebab Menyontek
Banyak hal yang menyebabkan seseorang menyontek. Ini di antaranya:
1. Ingin berhasil tanpa usaha yang melelahkan.
Seseorang harus memahami, bahkan harus hafal bahan-bahan pelajaran yang akan diujikan. Seorang pemalas biasanya ada saja alasan untuk tidak belajar atau membaca buku-buku yang dijadikan rujukan pembuatan soal ujian. Mestinya, berbekal kajian-kajian psikologi memungkinkan seseorang dapat memahami bahan ajar dengan mudah. Belajar yang menyenangkan mestinya juga memungkinkan siswa dapat belajar dengan enjoy mencerna semua informasi dan langsung melekat pada ingatannya.
2. Ingin membahagiakan pihak lain.
Katakanlah, siswa yang menginginkan pihak lain atau orang tuanya tersenyum bahagia melihat anaknya berprestasi dengan digambarkan pada perolehan angka-angka yang fantastis dalam nilai rapornya. Karena kurang persiapan, malas, atau alasan lainnya, ia memakai cara-cara yang tidak sah yakni dengan menyontek. Ia tak memedulikan cara ini sesuai dengan norma-norma yang ada atau tidak ada. Baginya, yang terpenting adalah bisa menjawab soal-soal ujian dengan mudah karena melihat sontekan dan nilainya bagus. Titik. Padahal, kebahagian sejati para orang tua dapat dipastikan adalah perolehan nilai ujian anaknya tinggi, memuaskan, dan diraih dengan cara-cara elegan dan bermartabat.

3. Malu jika tidak disebut berprestasi.
Mengapa harus malu ketika tidak berprestasi? Sesungguhnya prestasi itu bukan sesuatu yang bisa didapat dalam sekejap melalui kata-kata magic bim sala bim, tetapi harus diperjuangkan melalui ketekunan.
Tubagus Wahyudi, pakar hipnotis dan public speaking terkenal, pernah mengemukakan bahwa salah satu cara untuk menguasai sensorik power adalah dengan tetap melakukan ketekunan. Ketekunan dalam bidang ilmu, hobi, penelitian, dll akan membuat dan mengantarkan seseorang menjadi pakar pada bidang tertentu tersebut. Bahkan, hobi yang ditekuni dapat menjadi sumber penghasilan dan sandaran hidup.
Jadi, agar berprestasi ya janganlah menyontek. Tetapi, jalankanlah ketekunan dengan tetap membaca buku, baik sebelum maupun setelah bahan ajar itu dipresentasikan oleh guru atau dosen.

4. Bahan yang diujikan tidak menarik.
Mengapa tidak menarik? Kalau dibandingkan dengan pepatah “tidak ada orang yang bodoh di dunia ini melainkan malas”, maka sebenarnya tidak ada ujian yang tidak menarik. Yang ada adalah seseorang yang tidak bisa menyikapi sesuatu dengan pandangan yang berbeda dari biasanya.
Agar lebih bijak, cobalah untuk tidak memblok pikiran kita tentang suatu pelajaran: Matematika itu sulit! Fisika dan Kimia apalagi! Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap kesiapan mental kita dalam menghadapi ujian.
Agar menarik, bisa juga minta bantuan teman atau kakak kelas yang pandai di mata pelajaran tersebut. Bisa juga dengan membentuk kelompok belajar, kemudian membuat kuis cerdas cermat antar individu!
Ada banyak cara agar membuat pelajaran yang diujikan menjadi menarik, Sob... cobalah berkreativitas!

5. Sistem pengawasan ujian yang longgar.
Pengawasan yang longgar dapat memunculkan ide bagi para pecundang untuk menyontek. Sedangkan pengawasan ujian yang ekstra ketat juga memungkinkan peserta menjadi lebih stres menghadapi soal-soal ujian. Tentu saja yang terbaik adalah yang pertengahan, tidak longgar dan tidak ketat pula. 

Menyontek dan Kasus Ujian Nasioanl
Kalau diperhatikan sejak Ujian Nasional sebagai faktor penentu kelulusan seorang siswa dari sekolah yang ditetapkan oleh pemerintah, terjadi banyak kasus yang mana guru menjadi “tim sukses”. Mereka seabagai pengawas ujian, bukannya mengawasi jalannya ujian agar berjalan tertib dan aman, tetapi malahan memberikan jawaban kepada para peserta. Antar pengawas terjadi pemahaman TST (tahu sama tahu).
Mengapa itu dilakukan? Banyak pihak beralasan; agar siswanya lulus ujian, karena kalau tidak dibantu akan banyak yang tidak lulus. Akibatnya, reputasi sekolahnya pun bisa hancur. Lebih-lebih sekolah swasta yang kualitasnya biasa saja (standar) yang mana mati hidupnya sangat bergantung pada penerimaan jumlah siswanya.
Dalam kasus ini sebenarnya seperti melihat lingkaran setan. Karena, banyak pihak menyatakan guru ditekan oleh kepala sekolah. Sedangkan kepala sekolah mengaku ditekan oleh ketua yayasan atau atasan langsungnya, seperti kepala dinas pendidikan atau kepala kantor cabang departemen yang ada di kabupaten yang menangani pendidikan. Dalam kasus ini, menyontek justru terjadi secara masif, masal, dan bahkan semi legal, karena justru disponsori oleh para pengawas itu sendiri.
Janganlah menyalahkan siswa karena siswa datang ke sekolah adalah untuk belajar. Belajar yang menurut KKBI adalah “proses perubahan tingkah laku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.”
Dan, janganlah pula menyalahkan soalnya yang terlalu tinggi. Dalam sebuah kesempatan pejabat Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional pernah menyakatan bahwa soal matematika SD kelas 6 di Indonesia adalah yang paling mudah se-ASEAN. Bagaimana jika dibandingkan dengan kawasan lain? Bagaimana bila dibandingkan se-Asia? Se-dunia? Wajarlah demikian, sehingga sampai-sampai Human Development Index (HDI) Indonesia merupakan yang paling rendah. Bahkan, katanya berada pada titik nadir, yaitu lebih rendah daripada Vietnam, negara yang belum terlalu lama bangkit dari sisa-sisa reruntuhan perang bersenjata melawan hegemoni Amerika Serikat (AS).

Akibat Menyontek
Bagi yang menyontek ketahuan oleh pengawas dapat dipastikan bagaimana kisah selanjutnya. Bisa dikeluarkan dari ruang ujian dan menanggung malu, dan bahkan lebih fatal lagi adalah adalah didiskualifikasi dan dinyatakan tidak lulus ujian.
Hal ini pernah terjadi pada siswa di sebuah SLTA favorit di Jakarta Timur. Ia adalah siswa yang pintar dan rajin. Ia dikeluarkan dari ruang ujian bahkan tidak diluluskan bukan karena ia menyontek. Tetapi, yang ia lakukan adalah memberi sontekan pada yang lainnya. Bahkan, mestinya guru sebagai pengawas yang memberikan sontekan pada siswanya mestinya jugadikeluarkan dari jabatan atau profesinya, karena ia kontraproduktif dengan usaha-usaha sebelumnya, yaitu menanamkan banyak nilai dan norma bahwa siswa harus memegang kejujuran sekalipun langit akan runtuh.
Akibat lebih jauh ketika seseorang sudah lulus dari lembaga pendidikan maka ia tidak bisa menghadapi persoalan kehidupannya. Mengapa banyak produk sekolah yang menganggur? Jangan-jangan, itu karena penanaman nilai di sekolah mengalami kegagalan.
      Share

MENYONTEK SEBELUM UJIAN

24 Feb 2012 | Rubrik: motivasi - Dibaca: 966 kali
Menyontek dan Kreativitas
Bagi pelajar atau mahasiswa, menyonteklah secara kreatif! Artinya, jangan menyontek pada saat ujian berlangsung. Agar ujian dapat dijalankan dengan sukses, bacalah setiap bahan pelajaran atau buku yang dijadikan rujukan sebanyak tujuh kali. Karena, sebelum dibaca sebanyak tujuh kali, bahan rujukan masih berada di otak dan belum turun ke dada.
Hal ini sesuai dengan pepatah Arab yang menyatakan al ilmu fi al shudur la fi shutur, ilmu itu ada di dada bukan di lembar-lembar kertas. Artinya, mesti ada proses internalisasi dari apa-apa saja yang menjadi kajian seseorang agar tetap melekat pada ingatan berjangka lama (long term memory).
Andrias Harefa pernah menyatakan bahwa kunci seseorang agar kreatif adalah dengan “3 N”: niteni, niroke, nambahi. Atau, dalam bahasa lain yakni mencirikan, menirukan, dan menambahkan. Banyak kasus belajar justru dipahami sebagai proses peniruan. Contoh, anak kecil belajar berjalan, belajar berbicara, atau belajar apa saja adalah menirukan gerakan orang dewasa di sekelilinginya, terutama orang tuanya.
Artinya, sebelum mempunyai ide, langkah pertama bisa menirukan apa saja yang ada di sekeliling kita. Sebagaimana halnya belajar menjahit baju. Pola dasar baju di mana saja dan kapan saja kan sama? Ada lengan, ada kerah, ada kancing, ada saku. Selebihnya adalah penambahan-penambahan di sana-sini akibat yang ditimbulkan dari proses kreativitas.
Jadi, menyontek di ruang ujian adalah tindakan yang tidak bijak, konyol, sembrono, serta tidak menghargai karunia Allah. Tuhan adalah Sang Maha-Pemberi akal pikiran yang luar biasa kepada setiap manusia. Menyontek sebagai bahan permulaan kreativitas dimungkinkan, karena bagaimanapun tidak ada yang original di dunia ini. Yang terjadi adalah proses kreatif yang terus-menerus untuk menciptakan produk, baik barang atau jasa, maupun produk kreatif lainnya.
Tips Ujian Tanpa Nyontek

1. Persiapan yang matang

Maksudnya kita itu sudah mempunyai bekal materi di dalam otak ini agar nanti dalam mengerjakan soal kita bisa lancar. Kalau persiapan sudah matang, mengapa mesti takut? Cara mempersiapkan diri menghadapi ujian adalah dengan menyimak setiap penjelasan guru, kemudian membaca materi yang diujikan berulangkali minimal 3 hari sebelum ujian, jangan pakai sistem kebut semalam! Pasti grasah-grusuh jadinya.

2. Tetap tenang

Agar tenang apa yang harus kita lakukan? Gampang! Cukup baca Bismillah dengan ikhlas dan tulus. Karena hanya dengan mengingat Allah hati kita menjadi tenang. Segala sesuatu yang dimulai dengan basmalah pasti dapet berkah deh. Aamiin.

3. Jaga konsentrasi
Biasakan mengerjakan yang mudah terlebih dahulu. Jangan tergoda untuk mengotak-atik soal yang susah lebih dulu, karena memakan banyak waktu dan bikin panik. Jangan terpengaruh oleh teman-teman kita yang keluar cepat.

4. Ingat-ingat akibatnya kalau ketahuan mencontek!
Kalau kita ketahuan mencontek pasti langsung mati gaya, bingung mau jawab apa kalau ditanya. Biasanya sih ditegur dan bisa berakibat pada menurunnya nilai atau bahkan hilang/ dianggap ga ada/ si lembar jawaban langsung dirobek di tempat.

Tips “Anti Contek Saat Ujian” Ala China

China memang terkenal dalam banyak hal baik yang positif maupun negatif. Dari raja bajakan, doyan makan makanan yang aneh dan kadang menjijikan, sampai dikenal sebagai negara pengekspor nomor satu di dunia.
Negara tirai bambu tersebut memang mempunyai cara nya tersendiri untuk mencuri perhatian dunia. Sama halnya dengan penemuan cara terbaru mereka untuk mencegah anak murid didikannya  menyontek di saat ujian. 
Ini dia caranya:

Hohoho, kreatif juga yaa Sob... 

Pokoknya, menconteklah sepuasnya sebelum ujian, tapi saat di ruang ujian... ingatlah untuk memakai prinsip: MENCONTEK? its not my style

Tidak ada komentar:

Posting Komentar