Senin, 01 Februari 2016

GURU MEMBENTUK KARAKTER PEMIMPIN BANGSA

GURU MEMBENTUK KARAKTER PEMIMPIN BANGSA
Penulis adalah Guru Sosiologi di SMAN  AMALI
Berbicara tentang Guru tak terlepas dari dunia pendidikan,khususnya di Negeri ini yang nota bene dunia pendidikan masih terus berbenah untuk mensetarakan dengan kemajuan pendidikan di luar negeri. Masih banyak masalah-masalah yang belum terselesaikan sehingga mampu mengangkat derajat pendidikan di negeri ini.Lalu ada sebuah pertanyaan bagi yg berkecimpung di dunia pendidikan, “melipat tangan “ atau “ turun tangan “.Turun tangan adalah pilihan terbaik dan bila kita perhatikan lebih jauh, siapa yang senyatanya hadir ditengah-tengah peserta didik ? Gurulah yang memberikan efek positif pada memajukan pendidikan dan mencerdaskan anak-anak bangsa calon pemimpin bangsa. Dibalik berbagai pembicaraan kompleks dan rumit tentang pendidikan, mulai dari sistem, kurikulum yang terus berganti, undang-undang dan peraturan-peraturan.Semuanya itu ada dipundak guru  sebagai ujung tombak mulai didalam kelas yang senyatanya mengajar,mendidik dan mencerdaskan anak didik. Pada guru kita titipkan persiapan masa depan republik ini, karena gurulah yang menjadi garda depan dalam mengembangkan manusia indonesia masa depan.Ironisnya banyak dari kita yang lebih mengetahui jumlah minyak bumi, batu bara, sumber daya mineral dan sederet kekayaan alam di bumi ini dari pada mengetahui jumlah sekolah, jumlah guru, kualitas guru, kesejahteraan guru dan kinerja guru dipedalaman yang tak terpantau.Pendidikan itu kuncinya guru, bukan kurikulumnya.Sehebat apapun kurikulum yang diciptakan tanpa kemampuan guru untuk merealisasikan akan percuma. Jika gurunya baik, maka pendidikan akan baik. Tanpa kehadiran guru yang baik, seluruh desain sistem pendidikan yang kompleks dan mendekati sempurna sekalipun akan menjadi sia-sia dan jangan harap di negeri ini memiliki generasi masa depan cemerlang. Mengkonversi tingkat melek huruf di Indonesia pada tahun 1945 adalah 5 % tetapi sekarang ini sudah mencapai 92 %.Ini semua adalah peran guru dalam dedikasinya menghantarkan anak-anak bangsa menuju masa depan yang lebih baik.
1.Guru mengajar,mendidik dan  memimpin.
Seorang guru minimal memiliki 3 peran penting yaitu mengajar, mendidik dan memimpin.Guru adalah seorang yang mampu mengajarkan ilmu pengetahuan dengan menyenangkan ( teaching fun way ). Dewasa ini sudah banyak metode mengajar yang lebih memudahkan pemahaman pelajaran bagi anak didik seperti fast learning method  ( metode belajar cepat ), Lesson mapping Concept ( konsep pemetaan pelajaran ) dan hypnoteaching ( Cara mempengaruhi anak didik ) dan lain-lain. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik, kewajiban guru mendidik dengan sepenuh hati sebagai manifestasi profesi guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sungguh sangat mulia. Mendidik anak didik agar bisa memaknai apa yang sudah dipelajari dan dapat menjadi modal bagi mereka demi masa depan nanti.Membentuk karakter anak bangsa sesuai dengan harapan kita semua yang  termuat didalam kurikulum berbasis karakter.Pada guru juga pembentukan karakter dikukuhkan. Karakter digandakan bukan hanya secara lesan dan tulisan tapi justru harus lewat contoh. Guru jangan hanya memberi ceramah kepada anak didik tentang karakter dan mengingatkan tentang pentingnya pendidikan karakter.Kita harus sadar bahwa karakter bukan diajarkan dengan teori dan wejangan tetapi justru diajarkan dengan keteladanan atau contoh nyata.Mendidik adalah memimpin begitu sebaliknya memimpin itu mendidik. Menjadi guru adalah menjadi pemimpin. Guru yang berkualitas pemimpin akan menghasilkan generasi pemimpin.Guru adalah teladan bagi anak didik, sebab anak didik tentu tidak akan melupakan gurunya jika kelak telah sukses meraih masa depan.Maka dari itu jadilah pemimpin yang baik didalam kelas dengan tidak membedakan warna kulit, agama,suku, anak orang kaya atau miskin dan lain-lainya.Guru harus bisa memberi keadilan bagi anak didik untuk memperoleh  ilmu pengetahuan. Guru tidak boleh pilih kasih terhadap anak didiknya.Menyamaratakan didalam kesetaraan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang diajarkan didalam kelas.Guru harus belajar “leadership” untuk menambah pengetahuan kepemimpinan agar bisa “menularkan “ jiwa pemimpin kepada anak didiknya.Karakter pemimpin bangsa bisa terbentuk oleh kemampuan guru didalam membangun,mengarahkan,mengekploitasi jiwa anak didik didalam menyikapi kehidupan lewat pembelajaran disekolah.
2.Guru teladan bukan guru telatan.
Menjadi guru adalah sebuah panggilan jiwa dalam profesi mulia. Jadi menjadi guru bukan hanya mengharap “gaji” semata, atau ekstrimnya demi mencari “makan’ saja.Tapi tanggungjawab moral terhadap profesi yang mencerdaskan anak bangsa ada dipundaknya. Guru baginya bukan sekedar pekerjaan tetapi  jiwanya dan totalitas yang diyakininya.Guru mudah terusik saat menduga anak didiknya berbuat tidak benar, mudah melakukan kesalahan baik menyimpang dari norma agama maupun norma susila dalam kehidupan sosialnya.Guru selalu ingin tampil didepan meluruskan anak didiknya yang melakukan penyimpangan-penyimpangan dan selalu memberi teladan kepada anak didik tentang perilaku yang baik.Perilaku yang dimaksud seperti cara berbicara atau komunikasi yang baik, cara bersopan santun yang baik terhadap teman maupun orang yang lebih tua terutama bersikap dengan guru dan orang tuanya dan bergaul dalan tatanan pergaulan beretika dan bermoral religius.Guru sebaiknya asertif yaitu selalu bicara jelas,lugas,sopan plus sedikit humor yang pas.Cara bicaranya tak berbelit-belit dan tidak pula berusaha mensopan-sopankan diri secara tidak perlu.Guru jangan mengancam sebab itu bukan mendidik.Guru yang bersifat asertif itu ditopang oleh pembawaan egaliternya yang menghargai anak didik, staf sekolah dan sesama guru. Guru sebaiknya berani mengkoreksi diri dan tidak malu mengakui kekeliruan yang telah diperbuat.Jangan mendidik anak didik dengan sifat pecundang dan pengecut, justru sebaliknya harus gentelmen untuk berani meminta maaf jika salah. Guru jangan telatan bila masuk kelas sering terlambat datang tidak tepat waktu.Ini membuktikan ketidak disipliner seorang guru. Mengajari disiplin kepada anak didik tentunya diteladani dahulu diri seorang guru untuk disiplin.
3.Guru juga manusia.
Kata manusia kadang-kadang didekatkan dengan permakluman atas segala kekurangan atau keterbatasan,sehingga terlalu sering kita mendengar kalimat “ namanya juga manusia, ya wajarlah jika memiliki keterbatasan dan melakukan kesalahan “. Dalam konteks ini seolah manusia hadir menyelamatkan seorang ketika tak mampu melakukan sesuatu atau berbuat kesalahan. Celakanya lagi kata-kata itu pula yang menyebabkan sebagian orang permisif dengan dosa karena terlanjur yakin bahwa manusia itu rapuh. Akibatnya kita sendiri menjadi sulit mempercayai manusia. Dalam kupasan guru juga manusia, yang kebetulan menjadi profesi guru dengan kekurangan dan keterbatasanya. Kenyataan diketemukan guru yang kurang pintar, kurang terampil, bahkan celakanya lagi kurang dipercaya. Singkatnya masih terbatas guru mampu bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja iklas, Jadi wajarlah kalau pada akhirnya kualitas guru sering digugat atau minimal mendapat persepsi yang kurang pada tempatnya.Tetapi semangat kehadiran “guru juga manusia’ ini sesungguhnya didorong oleh hasrat ingin menunjukkan bagian lain dari sisi kemanusiaan seorang guru. Sisi kemanusiaan yang dimaksud adalah guru sebagai manusia mampu tampil terbaik yakni guru yang secara proses mengarah pada cerdas akalnya, terpelihara perilakunya dan amanah memegang tanggungjawabnya.Setiap manusia dewasa pada akhirnya akan menjadi guru bagi diri sendiri maupun orang tua menjadi guru bagi anak-anaknya. Tokoh masyarakat  menjadi guru bagi komunitas dilingkunganya.Pemimpin atau negarawan menjadi guru bagi rakyatnya.Apabila seorang memilih profesi menjadi guru secara tidak langsung pada akhirnya mampu merangkai semua tanggungjawab untuk menyiapkan seorang bapak/ibu yang baik, seorang tokoh masyarakat yang menjadi panutan yang baik,seorang pemimpin dan negarawan yang baik bertanggungjawab dan sekaligus menyiapkan guru yang berkompeten.Dengan demikian menjadi guru adalah sebuah pilihan profesi yang strategis.Menjadi guru juga  berkesempatan mengasah hati nurani dari hari ke hari itulah yang semestinya dijalani oleh seorang guru sejati.
Menyimpulkan tentang uraian guru membentuk karakter pemimpin bangsa terletak pada kesungguhan dan daya juang seorang guru secara naluriah dan harfiah memiliki kepekaan nurani untuk membangun sebuah generasi anak bangsa yang akan menjadi “ agent of change “ sebagai estafet kepemimpinan bangsa dinegeri ini.Khususnya di negeri ini sebagai ibu pertiwi berharap banyak kepada para guru untuk membentuk karakter pemimpin negeri ini yang mampu membawa Indonesia “ melesat cepat “ dari ketertinggalan agar sejajar dengan negara-negara lain yang telah maju.  Semoga kedepan perjuangan para guru mampu mengangkat harkat dan martabat dunia pendidikan di negeri ini lebih maju dan mampu menciptakan generasi penerus yang mumpuni, berkualitas dan memiliki daya saing tinggi sehingga bisa diakui dunia.amin.

                                                                ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar