Jumat, 09 November 2012

puisi eky



JAYALAH GENERASI MUDA INDONESIA

KABUT KELAM DI PUNCAK PERBUKITAN,
SELUSIN NYANYIAN HIDUP MEMBISU RETAK,
TIADA YANG TAHU TIADA YANG MENAHU,
MALAMPUN MEMBISU,
TEGUK DUKA LARA YANG MEMABUKKAN,
SEMUA MATA TAK BERBINAR SUKA CITA,
LILIN KECILPUN TAK PAHAM,
CAHANYA SEOLAH REDUP,
 TAK TAHU DUKA KESEKIAN MENYERGAP…

DALAM GENGGAMAN KEKERINGAN PANJANG,
 SEGALANYA TERLIHAT  MURAM MENYEDIHKAN,
 DI ANTARA BEBATUAN TAJAM MASA SILAM,
 DALAM RUANG MIMPI MENGERIKAN ,
DI TENGAH MUARA SUNGAI- SUNGAI KERING,
                KETIKA LEMBAH YANG DAHULU ELOK KINI TANDUS,
KETIKA AIR MATA MENITIK BASAHI DINDING-DINDING BUKIT,
                DERETAN PERISTIWA MENGGELISAHKAN,
                SEBUAH LUKISAN MENYENTAK NILAI-NILAI KEMANUSIAAN…
KONFLIK TERUS MENGGEROGOTI TUBUHMU,
AMBON, POSO, SAMBAS… KINI MASIH MENYISAKAN KEPEDIHAN,
LUKA ITU…BELUM PULIH…
                SEMENTARA GENERASI MUDA TULANG PUNGGUNGMU
LARUT DALAM BUDAYA HEDONISME……..,
TAK MENYISAKAN TEMPAT TUK MERENUNGI MAKNA KEMERDEKAANMU…
TUNAS-TUNAS LUGU BANGSAMU,
 KINI DALAM TERKAMAN ZAMAN,
MENGGILASNYA HINGGA REMUK, RETAK, DALAM KEBINGUNGAN…
MEREKA BERTANYA APA ARTI KEMERDEKAAN BAGINYA?

MEREKA TAK PERNAH MERASAKAN KEMERDEKAAN YANG HAKIKI.
SEPERTI YANG MEREKA  DENGAR KALA GURU KEWARGANEGARAAN
MEMBAHASNYA DALAM KITAB HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA .
KETIKA  GELORA KEMERDEKAAN…MERANUNG DIPELOSOK NEGERI
MEREKA KEMBALI BERTANYA APA ARTI BAGIKU…?
28 OKTOBER TIDAK PUNYA NILAI SAKRAL,
17 AGSTUS HANYA UPACARA SEREMONIAL BELAKA,
MERAH PUTIH HANYALAH KAIN PERCAH BAGI MEREKA,
PATRIOTISME DAN NASIONALISME 
SEAKAN,TAK ADA LAGI DALAM JIWA RAGA MEREKA…
KEMANA NILAI NASIONALISME…?
SIAPA YANG SALAH…
MUNGKINKAH SISTEM PENDIDKAN HARUS DIROBAH
AGAR MEREKA MAMPU BANGKIT
SEPERTI GENERASI MUDA DI ERA PERGERAKAN KEBANGSAAN
ATAU DIBIARKAN TERUS TERPURUK
DALAM DEKAPAN MIMPI-MIMPI YANG MEMABUKKAN…?
MUNGKINKAH DI  USIAMU  KE- 66 TAHUN
GENERASI MUDAMU MENGOBARKAN KEMBALI,
 SEMANGAT KEBHINEKAANMU YANG TUNGGAL IKA,
NASIONALISME DAN PATRIOTISME DI HATI MEREKA?
ATAUKAH  KEMBALI TERLUPAKAN….
KALA LAGU-LAGU PERJUANGAN TAK LAGI TERDENGAR
MEMBAHANA DI SEANTERO NEGERI?

WAHAI  GENERASI MUDA INDONESIA
APAKAH YANG DAPAT KAU BERIKAN KEPADA BANGSA INI?
KEMANA IDEALISMEMU……
KEMANA SEMANGATMU….
APAKAH  TELAH DILULUHLANTAHKAN OLEH TSUNAMI GLOBALISASI.
WAHAI GENERASI MUDA
BANGKITLAH DOBRAK KEBODOHANMU DAN  KEMALASANMU,
TUNJUKKAN JATI DIRIMU KEPADA BANGSA INI…
SINSINGKAN LENGAN BAJUMU
RAIH TONGKAT ESTAPET PEMBANGUNAN…
JANGAN SIA-SIAKAN PENGORBANAN
PARAPAHLAWAN BANGSA INI……
MEREKA  RELA GUGUR DIMEDAN LAGA ,
DEMI KEMERDEKAAN BANGSANYA,
DEMI ANAK CUCUNYA…
DIPUNDAKMU……INDONESIA BERADA.

                KOBARKAN SEMANGAT JUANG PEMUDA
KOBARKAN SEMANGAT…SUMPAH PEMUDA


















MENJADI PEMBERONTAK DI NEGERI DONGENG
 Karya : Afiq Rafif Rabani Sukri

Aku ingin menjadi pemberontak,
Pemberontakan kecil-kecilan
Karena tangan ku tak cukup kuat
Untuk menghantam  ketidakadilan
Aku ingin membakar api revolusi,
revolusi kata-kata dan tulisan-tulisan
Sebab suara ku tak cukup nyaring
untuk meneriaki kesewenang – wenangan

Angin kencang
Yang dulu menghembuskan badai perubahan
Kini raib membentur dinding kekuasaan....
Gelombang dahsyat
Yang dulu mengirimkan air bah perlawanan
Kini lenyap diserap tanah kerakusan
Sudah makmur kah negeriku ? kuharap
Sudah sejahterakah rakyatnya ? semoga

Tapi saat kusaksikan,
masih ada pemulung
Yang mengorek-ngorek sampah
Demi mengais nafkah kehidupan
sementara kaum terhormat
membuang-buang uangnya
ditempat-tempat pelesiran
masih ada seorang ibu
yang karena mencuri buah kapuk
demi menjamin kehidupan anak-anaknya
harus dipenjarakan,
masih banyak TKI yang dihukum mati
karena melawan majikan yang ingin mendzoliminya

sementara ratu pencuri
membangun istananya
dibalik benteng-benteng penjara
tiap malam bisa bebas keluyuran
dan Raja raja pencuri
bebas berwisata ke luar negeri
dan bahkan mengindahkan panggilan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

oh inilah ironi negeriku,
sebuah negeri dongeng
akan kehebatan masa lalu
oh aku muak, aku ingin muntah,
memuntahkan lahar amarah
oh aku ingin berteriak,
menumpahkan caci maki dan sumpah serapah
oh kepada siapa lagi aku mesti berkeluh kesah
sedangkan kodok, kecoak, kadal, semut
dan jangkrik pun enggan bersuara….



64 Tahun Indonesiaku
Kepakan Garudaku yang kian lunglai

Oleh  Ayahanda Afiq Rafif Rabani

Langit mengombak mengguncang dada
Senja gugur mega, gemetar usia tiba-tiba
Kudengar keluhmu tersekat di rongga dada
Tak ada kalimat yang terbias

            Lantunan asma Allah terdengar melodis
            Dibalik bukit Ulaweng….
            Sejenak garudaku terkesiak memandang cakrawala
            Kian hari negeriku terdampar dalam kelam keputusasaan

Di negara ini pernah terbangun
Idealisme, toleransi, bahkan kekeluargaan
Yang jadi identitasmu
Kini kau raib ditelan durja
Egoisme telah merangsek kesumsum jiwa
Individualisme kini melingkupinya
Jiwa nasionalisme redup seiring usia republuk ini
Yang mulai pikun dan rentah

Suarasuara idealisme kini telah parau
Reformasi berjalan direl kebablasan
Fanatisme Agama, telah menghancurkan
Ajaran Islam yang penuh kedamaian….
Dipelosok tanah air ancaman terror Bom terus berhembus
Dimana kedamaian di negeri ini…

Politik rasialisme berhembus tajam
Badainya meluluhlantahkan Bhineka tunggal Ika
Apakah cengkeramanmu sudah mulai lunglai
Apakah garuda masih ada di dada mereka….???

           
Indonesiaku
Gugusan nusamu sudah mulai menyusut
Negaranegara tetanggamu menjamahnya
Siapa yang salah kalau pulaupulau terluarmu
Akhirnya dklaim oleh mereka,
Bukankah mereka lebih mengedepankan pendekatan kesejahteraan ?
hingga di daerah tapal batas penduduk pribumi
lebih mengintegrasikan diri pada Negara tetangga

Garudaku kepakan sayapmu
Kini telah lamban
Usia senjamu digerogoti penyakit akut
Falsafahmu yang ada ditubuhmu kini tak lagi
Terunut dari sila pertama sampai sila kelima
Kadang di Negara ini mereka putarbalikkan
Demi sebuah obsesi kekuasaan….
akhirnya garudaku hanyalah jadi simbolistik
sekedar pajangan dinding kantorkantor pemerintah


Indonesiaku…
langkahmu kini lunglai
senyum asing tertahantahan
jauh merekareka, merabaraba bahagia
ketika tanganmu menjamah, dingin kaku
Garudakupun terdiam dalam pandangan beku
dan bertanya apakah aku masih menjadi
pandangan hidup dari bangsa Ini ?

            kini malam menggayut dititik puncak,
            berbagi susut dalam kelam,
            memencilkan ruang, mengungkap langkah datang
            yang redup dalam gema tersendat hiba
sayupsayup dalam doa, bisikmu terdengar ada
Ya Tuhan semoga burung garuda tetap BERTAHAN
BHINEKA TUNGGAL IKA TETAP MENYATU
DI BUMI NUSANTARA
INDONESIA
                                                                                    Pasempe, senin 11 mei 2009
                                                                                    Pukul 01.45 wita



Tidak ada komentar:

Posting Komentar